-->

Perencanaan Proyek Dan Manajemen Risiko Perangkat Lunak - Project Planning and Software Engineering Risk Management

Kesuksesan pengembangan perangkat lunak bukan hanya didasarkan pada metoda dan tool yang digunakan, namun ternyata perlu adanya manajemen risiko dalam pengembangannya. Manajemen risiko penting untuk industri perangkat lunak guna mengurangi faktor-faktor yang mengejutkan karena ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Diharapkan dengan mengaplikasikan manajemen risiko terstruktur, dapat mewaspadai dan mengambil aksi untuk meminimasi akibat dari potensi masalah. Risiko tidak hanya diidentifikasi secara sederhana namun perlu dokumentasi risiko guna memudahkan komunikasi pada komunitas project stakeholder selama proyek berjalan.



Para pengembang perangkat lunak selama ini merasa telah mengetahui banyak hal mengenai apa yang harus dikerjakannya terkait dengan perangkat lunak, mengetahui benar siapa user yang menggunakan produk atau layanan yang disediakannya, mengetahui apa yang diperlukan oleh user, dan tidak pernah menyadari adanya hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi seperti turn over pegawai, atau masalah teknis lain yang tiba-tiba muncul. Manajemen risiko dapat mengatasi hal-hal yang tidak terduga yang akan mengakibatkan kegagalan proyek pengembangan perangkat lunak.
Terdapat permasalahan dalam pengembangan software dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, dimana biaya pengembangan software telah melampaui biaya pengembangan hardware. Lebih dari 90% biaya sistem berbasis komputer terkait dengan permasalahan software termasuk biaya pengembangan dan perawatan (maintenance).

Telah diakui bahwa software memberikan manfaat ekonomis dan fungsional bagi perusahaan, namun pengembangannya sering dianggap sebagai usaha dengan risiko tinggi. Adanya persepsi bahwa keterlambatan pengembangan software seringkali dikaitkan dengan masalah teknologi (seperti kompleksnya algoritma) namun hal tersebut telah dibantah dengan bukti bahwa 45% dari keterlambatan proyek dikarenakan permasalahan organisasi yang sebenarnya dapat dikontrol manajemen.

Dari sudut pandang bisnis, kriteria kesuksesan pengembangan software diukur melalui Return on Investment (ROI), time to market serta customer satisfaction. Sedangkan dari sudut pandang teknologi, kriteria kesuksesan diukur dari pemenuhan functional requirement, product usability dan future support. Penelitian yang dilakukan US General Accounting Office menunjukkan bahwa pengembangan software dan manajemen risiko dengan kriteria kesuksesan (dari sudut pandang bisnis dan teknologi) ternyata tidak memberikan hasil yang mengesankan. Dari survey, diperoleh informasi bahwa dari sejumlah vendor penyuplai software untuk US Government, 50.4% mengindikasikan adanya cost overrun dan 62% mengalami schedule overrun saat mengembangkan sistem. Penelitian serupa dilakukan di United Kingdom yang melibatkan 60 perusahaan dengan 200 proyek software mengindikasi adanya 55% cost overrun dan 66% schedule overrun. (Karolak, 1996).

Terdapat banyak permasalahan seputar software management yang dapat mengakibatkan late deliveries, budget overages serta adanya error/kesalahan dan performansi teknis yang tidak sesuai dengan harapan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dilihat dari sudut pandang industri (industrial viewpoint) dan praktisi (practitioner viewpoint) yang terlibat didalamnya. Berikut ini uraian masalah-masalah utama yang sering terjadi :

Dari sudut pandang industri (industrial viewpoint)



  • Persepsi bahwa produksi software bukanlah usaha pengembangan yang besar. Sebagaimana telah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa 90% biaya sistem komputer berasal dari software. Pada umumnya perusahaan pengembang terutama pengembang software yang menyertakan atau menggabungkan produknya dalam hardware, hanya menilai biaya proyek dari sisi hardware yang dihasilkannya saja, tanpa memperhatikan adanya biaya software. Hal ini terjadi karena Work Breakdown Structure (WBS) tidak diorganisasikan untuk mengidentifikasi pengembangan software sebagai item yang terpisah.
  • Meskipun telah dirasakan bahwa disiplin Software Engineering (SE) telah memberikan banyak manfaat (semenjak dicetuskan tahun 1968), namun masih terdapat persepsi bahwa software merupakan usaha keras yang kreatif, yang tidak dapat direkayasa (engineer) seperti disiplin ilmu lainnya.
  • Persepsi bahwa meskipun disadari pengembangan software memiliki risiko, namun kita tidak dapat melakukan apapun untuk mengontrol risiko tersebut. Sejarah menunjukkan bahwa umumnya pengembang software selalu mengalami keterlambatan jadwal, over budget dan memiliki performansi teknis yang buruk.





Dari sudut pandang praktisi (practitioner viewpoint)



  • Kurangnya pemahaman/edukasi mengenai apa yang terlibat dalam manajemen software. Konsep manajemen pengembangan software beserta risikonya tidak diberikan dalam sistem pendidikan kita di universitas-universitas dan bahkan jarang diadakan dalam seminar atau pelatihan. Konsep manajemen hanya ditemui pada program bisnis yang biasanya mengemukakan konsep risiko yang berkaitan dengan investasi.


  • Kurangnya disiplin ilmu untuk mengimplementasikan teknik manajemen yang baik. Meskipun seseorang memiliki ilmu mengenai manajemen software dan teknik manajemen risiko yang baik, namun tetap memerlukan disiplin ilmu lain untuk mengidentifikasi, mengkalkulasi, menentukan, merencanakan, mengumpulkan serta melaporkan risiko software.


  • Kurangnya tool untuk melakukan manajemen risiko software Meskipun telah banya tool manajemen proyek untuk software, namun tidak mudah mendapatkan tool untuk manajemen risiko software.

  • Adanya pandangan sempit mengenai manajemen risiko software serta kegagalan mengintegrasikan manajemen software yang mengandung risiko.
Manajemen risiko software harus dilihat secara keseluruhan melalui semua tahapan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (Software Development Life Cycle). Terdapat 2 perspektif dari para software engineer terhadap pengembangan perangkat lunak :




  • Jika sudah merencanakan suatu proyek perangkat lunak, diasumsikan bahwa semua telah berjalan sesuai dengan rencana.
  • Pengembangan perangkat lunak yang alamiah berarti bahwa tidak pernah dapat memprediksi secara akurat apa yang akan terjadi, jadi untuk apa diperlukan perencanaan ?
Kedua perspektif tersebut dapat mengarah pada adanya kejadian-kejadian di luar dugaan yang dapat membawa proyek keluar dari jalur.

Manajemen risiko menjadi penting untuk industri perangkat lunak untuk mengurangi surprise factor. Karena ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi pada masa mendatang, diharapkan dengan mengaplikasikan manajemen risiko terstruktur, dapat mewaspadai dan mengambil aksi untuk meminimasi akibat dari potensi masalah, karena risiko manajemen berarti berkaitan dengan perhatian terhadap sebelum menjadi krisis.



Gejala suatu perusahaan yang tidak menerapkan manajemen risiko secara efektif adalah adanya ketidakstabilan proyek yang berkesinambungan, jadwal yang selalu meleset karena surprise factor yang terulang, operasi yang selalu dalam kondisi high-stress, krisis peran manajemen. Risiko manajemen meningkatkan kesuksesan penyelesaian proyek, dan mengurangi konsekuensi potensi negatif dari risiko-risiko yang tidak dapat dihindari.




0 Response to "Perencanaan Proyek Dan Manajemen Risiko Perangkat Lunak - Project Planning and Software Engineering Risk Management"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel